Kamis, 07 Maret 2013

The Last Stand chapter 1



Chapter 1: The Investigate

21 June, 2019 Domino, Japan
Tak terasa tahun memang cepat berganti seiring berjalannya waktu, tidak ada yang menyadari kenapa demikian—kenapa waktu bisa dengan cepatnya datang dan berlalu begitu saja membuat semuanya terasa begitu klise. Tahun ini secara bersamaan juga merupakan awal tahun dimana para pelajar memasuki tahun ajaran baru mereka di sekolah. Tampak deretan para orang tua yang hadir menemani para anak-anak SD memasuki sekolah baru mereka dan juga tampak barisan rapi para siswa yang kini tengah bersiap untuk meghadiri upacara pertama mereka dihari pertama memulai karir di sekolah.
“Wah—Sudah ngak terasa kita semua jadi murid SMA tahun ini~” ucap sebuah suara yang berasal dari gadis berambut coklat pendek dengan kulit Tan manis juga mata biru yang cemerlang pada gadis yang hampir sama dengan dirinya tetapi memiliki kulit yang putih pucat yang adalah kembarannya sendiri
“Iya~” sahut gadis berkulit putih itu semangat, namanya adalah Anzu Mazaki dan disampingnya adalah tidak lain dari Tea Gardner kakak kembarnya sendiri “Aku tidak sabar melihat upacara penerimaan murid baru! Katanya Yami yang menjadi perwakilan dari angkatan kita tahun ini~” tambahnya lagi
“Kau ini terlalu, Anzu~ bilang saja kau ingin dapat kursi paling depan untuk melihat Yami membacakan pidatonya itu…” sindir seorang gadis cantik yang tiba-tiba mengikuti mereka, rambutnya perak sepunggung dengan mata emerald yang berkilauan—Miho Tanimura adalah namanya
Anzu mengembungkan pipinya sebal “Kau sendiri… Kau juga datang karena ingin melihat Bakura kan? Nee?” tambah Anzu menimpali
Miho menyilangkan tangannya di dada “Tidak—Siapa yang bilang aku datang hanya untuk melihat Bakura-si-es itu~ Aku hanya ingin menghadiri Upacara penerimaan pertamaku” bantah Miho angkuh
Tea hanya menghela napas kemudian mengangkat bahu “Sudah-Sudah… Kalian mau bertengkar sampai kapan? Kalau tidak cepat-cepat kita bisa ketinggalan acaranya di ruang Aula…” ucapnya memperingati sebelum pertengkaran diantara Anzu dan Miho bertambah sengit
“AH!! KAMI HAMPIR LUPA!!” seru keduanya sebelum kemudian berlarian menuju Aula tidak mau tertinggal apalagi sampai kehabisan tempat duduk VIP paling terdepan dari semua kursi yang ada meninggalkan Tea yang hanya melangkah dengan pelan menyusul keduanya dari belakang.
~The School Hall~
“…Sepertinya, waktu memang terasa begitu cepat berlalu ya…” ucap Rebecca Hawkins, gadis berkacamata memiliki rambut pendek dengan mata emeraldnya kini sedang duduk di salah satu kursi yang disediakan bersama seorang temannya yang juga memiliki rambut bergelombang berwarna pirang dengan mata Violet yang menawan.
Mai Valentine, sahabat Becca hanya bisa mengangguk menyetujui ucapan temannya tersebut dengan mata yang focus menuju ke depan dimana Kepala Sekolah masih mengucapkan pidatonya yang sangat-sangat-SANGAT panjang itu. “Yah—Kau mau bilang apa lagi, Becky~ Kita tidak bisa mengulang waktu yang berlalu hanya untuk membuatnya kembali lagi seperti awal yang kita inginkan…”
Rebecca mengangguk menyetujui sambil tersenyum “Asalkan seperti ini dan menikmati semuanya bersama aku tidak keberatan kok~ Kita harus selalu bersama, Mai… Tahun senior ini pasti bisa kita lewati dengan masa-masa yang indah…” gumamnya bersemangat
“Aku setuju dengan perkataanmu~” ucap Mai mengangguk setuju
Sementara keduanya sedang asyik megobrol—Jauh di depan mereka kini duduk 5 orang wajah tampan yang emnjadi pusat perhatian para gadis, dilihat dari wajah yang cocok menjadi model bahkan actor terkenal sekalipun ditambah dengan tubuh maskulin yang terlihat atletis dan gagah perkasa layaknya seorang pangeran di tokoh-tokoh cerita dongeng ditambah senyuman yang menggoda itu dapat mengikat banyak sekali para wanita hanya dengan melihatnya. Yupe, siapa lagi mereka kalau bukan Atem Sennen, Bakura Ishigami, Seto Kaiba, Marik Ishtar dan Yami Sennen yang terkenal sejak mereka SMP itu. Mereka adalah 5 cowok terpopuler di sepanjang sekolah dapat melihatnya—Siapa yang dapat menandingi mereka yang begitu sempurna dan pemikat gadis itu? Pastinya tidak aka nada yang bisa…
“Cih—Si gendut itu masih belum puas juga berbicara…” dengus Bakura kesal sambil memandang kepala sekolah yang berpostur gendut itu dengan tatapan tajam seakan kalau ia masih belumjuga mengakhiri pidatonya sekarang dan saat ini juga ia akan mendapat sebuah lemparan kursi gratis tepat mengenai wajahnya.
 Atem pemuda berkulit Tan dengan mata Crymson yang mempesona ditambah dengan gaya rambut uniknya berbentuk bintang hanya bisa memutar bola matanya sebelum kemudian memijit pelipis kepalanya.
“Kau tidak apa-apa, Kak?” tanya Yami melihat Atem yang sepertinya tengah menahan sedikit sakit dikepalanya
Seto hanya berdeham “Mungkin Anemianya kambuh lagi—Kau pasti sudah tahu itu kan, Yami…” ucap Seto kemudian memandang Atem “Sudah pasti kau melakukan pekerjaan berat sampai-sampai Anemia-mu kambuh lagi, huh Sepupu…” tambah Seto
Atem menghela napas “Haah… Tidak usah dipikirkan, kepalaku cuma sedikit pusing saja—Mungkin gara-gara terlalu banyak belajar saat ujian masuk membebani sedikit pemikiranku..” sahut Atem dengan tenang
Marik dilain pihak langsung mengoceh “…Tidakkah kalian berpikir kalau ini aneh…” gumamnya tiba-tiba mendapat tatapan heran dari keempat orang disekitarnya “Maksudku, kita sering kali terkena Anemia paling sedikit tiga kali dalam satu bulan atau mungkin bisa lima hari dalam satu minggu—Apa ini membuktikan…”
Yami menaikan alis heran “Apa maksudmu? Bukankah mederita Anemia itu wajar saja, lagipula kita memang sering pusing karena kita memang kekurangan asupan darah—somewhat like that…” ucap Yami menjelaskan berpikir secara logika
Bakura yang keburu penasaran malas berpikir atau merasionalisasikan perkataan yang diucapkan Yami langsung menyeletuk begitu saja “…Jadi kau bilang kita itu lemah, huh?” ucapnya tidak terima
Marik tanpa dosanya hanya menyengir di hadapan Bakura sambil menggaruk-garuk kepalanya “Well—Apalagi yang kau pikir di otakmu itu Kura-Kura, Apa kau tahu penyebab penyakit Anemia yang selalu menyerang kita berlima ini, huh?”
“Jangan berusaha membuatku berpikir secara logika—kau dan aku tahu kita berdua sama-sama idiot disini! Lebih baik emnggunakan cara kekerasan daripada menggunakan otak…” celetuk Bakura ngak sadar dia juga udah menghina dirinya sendiri saat itu
Seto hanya berdeham “Hentikan adu mulut kalian yang percuma itu sebelum kita mendapat masalah dari si Kepala Sekolah…” sahut Seto datar dan santai tidak ingin terlibat dalam segala macam masalah yang dilibatkan dengan Bakura dan Marik saat itu
“Cih biarkan saja si Gendut bodoh itu, Aku bisa mengatasinya dengan sekali serang kalau dia menantangku secara langsung face to face sekarang juga…” sahut Bakura berlagak menantang
“Seto benar, sebaiknya kalian berdua bersikap baik setidaknya selama hari pertama di sekolah ini…” ucap Atem beranjak berdiri dari kursi tempatnya duduk “Kupikir aku harus pergi ke UKS sekarang…” tambahnya
Yami mengangguk kepada Atem sambil memberikannya tatapan ‘hati-hati-di-perjalanan’ sementara Atem hanya bergumam kecil seakan mengerti apa maksud dari tatapan Yami tersebut perlahan meninggalkan barisan kursinya untuk keluar ruangan tetapi sesaat terhenti ketika sebuah tangan mencegah gerakannya. Atem menoleh mendapati Tea menggenggam lengan baju Atem mencegahnya untuk bergerak sedikit dengan mata biru yang menatapnya penasaran.
“Kau mau kemana disaat seperti ini, Atem?” tanya Tea sedikit cemas
Atem hanya tersenyum memandangi gadis itu, Tea dan Anzu, mereka berdua saudara kembar sama seperti layaknya ia dan juga Yami—mereka memiliki banya ksamaan ditambah lagi mereka juga adalah teman akrab semasa SMP dulu, Jadi wajar saja mereka kelihatan sangat akrab satu sama lain dan bahkan ada pula yang menyangka keduanya adalah sepasang kekasih—Are they really?
“Aku pikir aku harus ke Ruang Kesehatang sekarang…” ucap Atem menjawab pertanyaan Tea sambil menurunkan lengan gadis itu dari lengannya dengan lembut
Tea tetap menatapnya khawatir layaknya ia sudah tahu apa yang kini terjadi pada Atem “Perlu kutemani kesana?—Kau pasti merasa pusing saat ini kan? Kalau tidak ada yang menemani kau mungkin bisa—“ ucapan
“…Aku baik-baik saja, lagipula hanya sedikit pusing saja…” ucap Atem memotong perkataan Tea sebelum kemudian beranjak pergi meneruskan langkahnya meninggalkan ruangan meninggalakan Tea yang masih memandangi kepergiannya dengan raut wajah khawatir, sementara disampingnya terlihat kali ini Anzu dan Miho sedang bercanda dengan Bakura dan juga Yami yang tepatnya duduk di depan mereka sepertinya membicarakan sesuatu yang menarik sehingga membuat Bakura naik turun emosi mengikuti arah ucapan-ucapan tersebut.
~School Hall~
Atem melangkah dengan sedikit kesusahan menuju Ruang Kesehatan yang masih sedikit agak jauh dari lorong yang ia lalui—Kepalanya serasa berkunang-kunang tidak menentu arahnya dan pandangannya sangat buram saat ini, dipikirannya adalah ia harus segera meminta petugas Kesehatan untuk mentransfusikan darah untuknya, darah, darah, darah, dan darah entah kenapa demikian ia juga tidak mengerti, dengan langkah yang ling-lung Atem berusaha keras berjalan menuju Ruang Kesehatan.
Grek! Grek! Grek!
Begitu sampai di Ruang Kesehatan, dengan tenaga yang tersisa Atem membuka pintu hanya untuk mendapati sang petugas kini tengah menghampirinya yang sudah seperti seorang sekarat yang sangat memprihatinkan—Petugas Kesehatan itu langsung memapah Atem menuju tempat tidur terdekat sebelum kemudian membaringkannya membiarkannya beristirahat.
“Apa yang terjadi?—Dimana yang sakit?” tanya Petugas Kesehatan yang mengenakan tanda nama Yuki Chiaki itu kepada Atem yang terlihat terengah-engah sambil menutupi kedua matanya
“…T-Transfusi…” gumamnya pelan kepada si Petugas yang kini masih menatapnya dengan heran “… Aku butuh… Transfusi darah…” ucapnya memperjelas
Mendengar hal itu Yuki langsung siap siaga dan mengambil alat-alat yang diperlukan untuk melakukan Transfusi darah kepada Atem sebelum kemudian kembali lagi ke tempat Atem terbaring lupa menanyakan sesuatu kepadanya “Apa golongan darahmu kalau boleh aku tahu?” ucapnya sambil mengecek box yang berisi persediaan darah yang dimiliki oleh Ruang kesehatan
Atem berpikir sejenak sebelum menjawab “… Golongan A…” ucapnya sambil berusaha bernapas semaksimal mungkin
“B—Baiklah, Bertahanlah sebentar, aku perlu beberapa waktu untuk Transfusi…” ucap Yuki panic karena baru kali ini ia mendapati pasien yang menderita Anemia karena sangat jarang murid-murid disini memiliki penyakit Anemia seperti itu.
Setelah persiapan selesai dan kini menyambungkan kemasan darah dengan selang yang sudah disalurkan di dalam aliran darah Atem, Yuki melakukan tugasnya dengan memperhatikan kondisi tubuh Atem yang sebelumnya mulai kritis tetapi begitu ia mendapatkan darah dari Transfusi, tubuhnya seakan-akan kembali pulih bertenaga entah apa yag terjadi, dari gerakan napasnya terlihat sangat normal dibandingkan sebelumnya dan juga kini tubuhnya agak sedikit relax dibandingkan sebelumnya ayng menjadi tegang dan sedikit kejang-kejang. Ini aneh—Tapi belum sepenuhnya aneh…
“Jadi—Kau sering terkena Anemia  seperti ini?” tanya Yuki sedikit mencari tahu
Atem menghela napas “…Semacam itulah, entah kenapa sejak SMP penyakit Anemia itu selalu kambuh dan menyerangku… Bahkan petugas Keseatan di Sekolah yang dulu harus menyiapkan cadangan darah hanya untuk kami berlima yang menggunakkannya…” jawab Atem
Yuki menaikan alis heran “Kami—Berlima?” gumamnya tidak mengerti kemudian mengangkat bahu “Well—Aku tidak terlalu mengerti dengan hal aneh seperti ini, tapi apa kau terlalu lelah atau melakukan sesuatu yang berat akhir-akhir ini?”
“…Tidak juga, Yang kulakukan hanya belajar saat ujian masuk SMA—lagipula orang tua angkat kami juga tidak membiarkan kami melakukan aktivitas terlalu berlebihan karena kondisi tubuh yang sering mengalami dropdown seperti ini…” tambah Atem lagi
Yuki mengangguk sedikit mengerti “Baiklah kau bisa beristirahat disini sampai kondisimu membaik—Aku harus pergi ke Ruangan penitipan untuk mengambil obat-obatan yang dikirim kesini…” ucapnya kemudian sebelum melangkah pergi “Kau bisa mencabut sendiri selangnya kan?” tambahnya menanyakan yang dijawab oleh anggukan dari Atem, kemudian Yuki-pun melangkah pergi meninggalkan Ruang Kesehatan menuju Ruang Penitipan seperti apa yang ia katakan pada Atem barusan—Tapi…
Yuki Chiaki, si Petugas Kesehatan itu malah pergi kea rah berlawana sebelum ia berbelok ke kiri menuju Ruangan Penitipan menuju Taman sekolah diamna tidak ada seorangpun yang ada disana  kecuali dirinya, Ia mengeluarkan handphone dari saku seragam putih miliknya kemudian menelepon seseorang.
“Bagaimana dengan tugasmu?” ucap sebuah suara menjawab panggilannya merasa sudah mengetahui apa yang ingin disampaikannya
Yuki hanya tersenyum “Berjalan dengan sukses, sepertinya tidak terlalu berbahaya dan sama seperti apa yang dikatakan dalam instruktur prosedur…”
“Kerja bagus—Aku ingin kau mengawasi mereka berlima, sesuatu mungkin akan terjadi mengingat ini belum benar-benar berakhir begitu saja…” sahutnya
Yuki mengangguk “Aku tidak mengerti sebenarnya seberapa parah yang bisa terjadi kalau sampai mereka mengulangnya sekali lagi saat ini—Maksudku, aku benar-benar tidka percaya mereka masih terlihat sama sampai saat ini…”
“Jangan meremehkan penelitian Yuki Chiaki, Tugasmu sangat penting disini dan aku mengharapkan kerjamu yang bagus itu, dan untuk berjaga-jaga saja kita hanya mengawasi mereka dari jarak seperti ini..” jelasnya
“Ada hal yang kau sembunyikan huh, Aku bekerja secara professional disini—Aku butuh informasi lanjut mengenai mereka semua… dan aku membutuhkannya sekarang, Apa Organisasi memilikinya?”
“Kami punya semuanya secara terperinci—Aku akan mengirimkan beberapa yang kau butuhkan, semetara itu tetaplah menyamar dan bersikap biasa dan jangan bertindak gegabah kalau tidak diperlukan Chiaki…”
“Yah—Yah… Aku mengerti…”
Piip
Selesai menutup pembicaraan dan menaruh kembali handphone itu kedalam sakunya—Yuki hendak kembali menuju Ruang Kesehatan untuk mengecek keadaan Atem sampai ia berpapasan dengan seseorang yang entah siapa itu, seorang laki-laki yang tiba-tiba saja melintas dan tanpa basa-basi lagi menyeringai kecil disampingnya sambil berkata.
War will begin soon—Who will die and who will be stand dor the last… nobody can’t ever changed the role now…” bisiknya
Mendengar hal itu membuat Yuki tersentak kaget kemudian melirik kesampingnya untuk mencegat laki-laki itu ettapi percuma saja karena laki-laki itu sudah menghilang dengan begitu cepatnya entah kemana—kini Yuki menatap dengan heran, tubuhnya serasa aneh sekali seperti ia menyadari bahwa sesuatu yang buruk mungkin cepat atau lambat akan terjadi, tapi apa maksudnya ucapan tadi? Siapa yang akan memulai dan siapa yang akan bertahan sampai akhir? Ini perang—Tapi perang antara siapa melawan siapa? Yang ia tahu hayalah sebuah informasi yang menjadi panduannya selama ia menyamar menjadi petugas disini. Dengan mempercepat langkahnya Yuki berjalan kembali menuju Ruang Kesehatan sambil menggigit bibirnya ketakutan tidak jelas—ucapan tadi seras meresap kedalam tubuhnya begitu saja dan membawa firasat buruk di dalam pemikirannya. Ia harus mencari tahu ini…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar