The
Second Generation
.
SeQuel
from The Genesis and The Last Stand
.
Last
Encounter;
“I—Ini…”
ucap Laksmi tidak mempercayai apa yang ia lihat
Mata
Purple-ish itu memandangi Laksmi dengan lugunya tidak mengetahui apa-apa,
“Mama…?” panggilnya
Laksmi
langsung memeluk tubuh kecil itu dengan erat di tangannya, “Tidak-Tidak… aku
tidak mau itu terjadi lagi, sudah lebih dari cukup… sudah lebih…”
“Little
gem?” panggil Atem kini menepuk pundak Laksmi berusaha menenangkannya, mata
Crymson itu hanya menatap lembut mata Purple-ish yang menatapinya dengan penuh
tanda tanya “Kita bisa melakukan ini… Kau tidak perlu cemas…”
“Ate…”
“Percayalah…”
“Mama…
Papa…”
End
of Encounter;
“Hah…Hah…
Hah…”
Terdengar
suara langkah kaki yang sangat cepat melangkah disertai dengan napas yang
terengah-engah, mata Crymson itu memfokuskan diri pada jalanan di depannya agar
ia tahu kemana tujuannya dan ia tidak peduli seberapa jauh ia menempuh jarak
asalkan ia bisa sampai ke tempat tujuannya.
BRAK!!
Ia
mendobrak pintu yang ada di depannya, memandangi sekeliling dan tidak mendapati
apapun kecuali para pembantu dan butler yang kini tengah berdiri dalam hening
di depannya. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri.
“Natsume-Sama…”
ucap sang pengasuh dengan wajah yang kini telah berurai air mata menepuk
pundaknya
Dan
kini ia mengetahui apa yang dimaksud dengan tatapan menyedihkan itu ketika ia
mendengar hal yang sungguh merupakan mimpi buruk dalam hidupnya.
Mata itu langsung terbuka lebar dengan napas yang
terengah-engah memandangi sekelilingnya yang merupakan kamar tidurnya, rambut
ungunya terlihat begitu berantakan dan keringat mengalir dengan deras membasahi
piyama marun yang dikenakannya. Pelahan Ia mulai menghela napas panjang-panjang
berusaha mengatakan hal tersebut hanyala mimpi buruk dari kenangan masa lalunya
kemudian memutuskan untuk beristirahat kembali.
“Sarapan anda sudah siap Natsume-sama…” ucap sang
maid kini mempersiapkan sarapan bagi sang Tuan muda di atas meja
Natsume Sennen, 12 tahun adalah seorang anak
laki-laki dengan kemampuan yang tinggi dan multi talenta. Ia memiliki segalanya
yang ia mau, Perusahaan, Kekayaan, Kekuasaan, Rumah Mewah dan apapun itu bisa
ia dapatkan dengan mudahnya. Ia duduk di kelas 6 Domino Elementry Student,
seperti biasa sebelum ia memasuki sekolah ia memakan sarapan yang sudah
disajikan untuknya di meja makan.
“Bagaimana tidurmu malam ini Natsume-sama?” tanya
seorang wanita muda berpakaian putih tersenyum lembut pada Natsume
Natsume hanya mengunyah roti bakar kemudian meneguk
segelas Jus jeruk-nya dan memandangi wanita itu, “…Lumayan nyenyak, Yuki-nee”
jawab Natsume
Wanita yang dipanggil Yuki itu hanya mengagguk
mengerti sebelum kemudian memberikan sebuah pil khusus kepada Natsume, pil berwarna
merah kecil “Sebelum anda berangkat ke Sekolah, lebih baik minum dulu obat anda
Natsume-sama…” ucapnya
Natsume segera menelan pil tersebut sebelum kemudian
beranjak pergi dari ruang makan menuju pintu depan Mansion untuk pergi ke
sekolah, terlihat sebuah mobil mewah telah menanti untuk membawanya ke tempat
tujuan dengan para maid yang kini sudah bersiap membawakan tas sang Tuan Muda
sebelum berangkat.
“Aku berangkat…” ucap Natsume sebelum memasuki mobil
“Hati-Hati di jalan, Natsume-sama…” jawab para maid
dan butler sambil membungkukkan badan mereka
Natsume
P.O.V
Hari ini aku berangkat menuju ke sekolah sama
seperti biasa, sarapan, meminum obat rutin yang disediakan Yuki-nee, dan
berangkat diantar oleh supir pribadi di rumah. Aku tidak mengerti kenapa
Yuki-nee selalu saja memaksaku meminum obat merah itu setiap harinya, padahal
aku tidak sakit atau semacamnya—tapi kalau aku membantah dia akan memarahiku
karena tidak patuh.
Ah, ya—Hari ini berbeda dengan hari biasanya, Hari
ini tahun ajaran baru-ku duduk di bangku kelas 6. Tentunya aku lulus di
peringkat seperti biasa, tapi aku tidak mau menyombongkan diri karena sombong
bukanlah hal yang cocok untukku.
Aku juga dapat melihat para anak-anak itu dengan
riang gembiranya berjalan menuju sekolah—aku iri dengan mereka yang bisa
menampilkan wajah senang mereka. Aku juga iri dengan apa yang dimiliki mereka yang
tidak bisa aku miliki—kau pikir aku terlahir untuk apa? Meskipun Kaya dan
memiliki Kekuasaan, semua yang kuingini bisa kupenuhi tetapi aku tidak bisa memiliki
satu hal yang selalu aku inginkan…
Orang tua…
Aku hanya bisa memandangi ke luar jendela, melihat
para orang tua yang menuntun anak mereka menuju sekolah yang baru—mereka
bercanda dan bersenda gurau sedangkan aku hanya duduk diam di dalam mobil mewah
ini sendirian. Padahal…
“Mama!
Mama! Lihat! Itu sekolah kan?”
“Natsu-Chan
pintar ya…”
“Natsu
akan bersekolah disana kan, Ma?”
“Benar…
Sekolah yang rajin, ya…”
“Ng!
Natsume akan sekolah yang rajin dan dapat peringkat!”
“Itu
baru anak Papa namanya…”
“Natsume-Sama, Kita sudah sampai…” ucap sang Supir
memberi tahu membuat Natsume tersentak dari lamunannya
End
Natsume P.O.V
Natsume melangkahkan kakinya keluar dari mobil
ketika supir itu membukakan pintu untuk mempersilahkan dirinya keluar.
“Kalau boleh saya bertanya, Jam berapa Tuan pulang
dari sekolah?” tanya sang Supir kepada Natsume
Natsume hanya memandangnya sejenak sebelum kemudian
melangkah “…Kau bisa menjemput jam 4” jawab Natsume sementara sang Supir
mengangguk mengiyakan kemudian memasuki mobil kembali dan pergi
Papa
dan Mama—Aku baik-baik saja sampai saat ini, aku selalu mendapat peringkat
tertinggi di kelas. Tapi itu tidak menjadi masalah buatku, aku tidak ingin
menyombongkan diriku dengan mengembel-embelkan nilaiku lebih tinggi dari yang
lainnya. Tahun ini aku naik ke kelas 6 dan itu berati tinggal sedikit lagi
sebelum kelulusanku ke SMP nanti… bunga sakura juga sudah mekar dengan lebatnya
di halaman sekolah. Tahun ini aku akan mempertahankan apa yang sudah kuraih,
Tapi aku juga merasa sangat iri dengan para siswa baru itu…batin
Natsume dalam hati sambil membuka pintu kelasnya, para siswa yang lain sedang
asyik membicarakan tentang liburan Musim dingin mereka.
Natsume segera melangkahkan kakinya memasuki kelas
dan menempati tempat duduk favoritnya yanitu barisan paling belakang di pojok
dekat dengan jendela, meskipun ia tidak ber-sosialisasi dengan teman-teman
sekitarnya Natsume adalah kebanggan kelas karena para teman-temannya justru
sangat mengandalkan Natsume ketika mereka tidak mengerti penjelasan yang
diucapkan guru.
Bukan hanya Natsume saja yang memasuki Domino
Elementry School,
“Natsumee~” panggil suara yang riang gembira dan
melangkah dengan cepat menghampiri tempat duduk Natsume
Natsume hanya memandangi anak laki-laki yang sebaya
dengannya itu, rambutnya pirang dengan senyuman mengembang terhias di wajahnya.
“Hati-Hati, Ruka—Kau bisa terjatuh kapan saja kalau
kau tidak waspada…” sahut Natsume memandangi anak laki-laki yang hanya bisa
tercengir lebar itu di hadapannya, Ia hanya tersenyum kecil saja membalas
senyumannya “…Kau terlihat gembira sekarang…” tambah Natsume
Ruka Sennen, 12 tahun dan merupakan Sepupu Natsume
yang tinggal berbeda blok dengan Mansion yang ditempati Natsume—Ia merupakan
salah satu orang yang cukup akrab dengan Natsume yang terkenal dengan sifat
dinginnya di kelas. Berbeda dengan Natsume, Ruka jauh lebih periang dan jauh
lebih perasa dibandingkan Natsume.
“Nee—tentu saja aku gembira Natsume… Tahun ini Tahun
ajaran baru!” ucapnya bersemangat sambil mengepalkan kedua tangannya “Memulai
hari baru dan lembar baru! Itulah semangat Tahun Baru!” tambahnya lagi kini
dengan mata berapi-api
Natsume hanya menghela napas mendengarnya, sementara
Ruka langsung berkomentar lagi “Aku juga sekelas dengan Fujima, lho~”
“Oh begitu… Baguslah…” komentar Natsume singkat
“Nee—Natsume, seharusnya kau juga bersemangat hari
ini kan? Kau sakit?” tanya Ruka sedikit memperhatikan Natsume yang tampak
kelihatan tidak bersemangat seakan ia berharap tidak hidup di atas bumi ini
Natsume menggelengkan kepalanya “Kau tidak perlu
khawatir, Ruka…” sahut Natsumi sambil menjentikan jarinya di dahi Ruka “Aku
akan menemui kalian nanti saat Istirahat…” tambah Natsume
“Oke! Aku akan memilih tempat yang bagus~” sahut
Ruka semangat sambil berlari keluar keras dengan suara yang dapat terdengar
tentang betapa semangatnya ia akan memberitahu yang lainnya.
~Lesson
Time~
“Selamat siang, Anak-Anak… Bagaimana liburan kalian
hari ini? Tentunya kalian bersenang-senang selama liburan panjang kan?” ucap
sang Guru memulai di depan para muridnya
Natsume tidak begitu memperhatikan pelajaran saat
itu, dirinya hanya memandangi keluar jendela mengamati pemandangan bunga sakura
yang tumbuh mewarnai halaman sekolah. Ditambah dengan para orang tua yang kini
sibuk mengambil beberapa foto dengan anak mereka sebagai pengingat di dalam
album hari mereka memasuki sekolah pertama. Sebagian dari mereka memilih untuk
menghabiskan waktu duduk di bawah pohon sakura yang rindang sambil menikmati
snack yang sudah disediakan oleh Ibu mereka. Sungguh menyenangkan… itulah yang
dipikirkan oleh Natsume.
“Kalau begitu—Bapak ingin kalian menulis sebuah
karangan tentang Orang Tua kalian…” ucap suara sang Guru memulai kepada seisi
kelas membuat Natsume langsung mengalihkan pandangannya ke depan
“Diselesaikan
hari ini juga dan di bacakan saat ini… bagi yang tidak bisa menyelesaikan akan
dikenakan poin minus. Karangan bisa berupa ungkapan hati atau pengalaman yang
kalian lakukan bersama dengan orang tua kalian…” jelas sang Guru mendapat
keluhan dari beberapa siswa yang malas untuk mengerjakan tugas apalagi kalau
mereka tida menyelesaikannya mereka akan mendapat poin minus
Karangan tentang Orang Tua…
Itulah yang dipikirkan Natsume sambil memandangi
kertas yang masih kosong di hadapannya—Apa yang harus ia tulis? Apa yang harus
ia ceritakan? Ia tidak memiliki apapun untuk diceritakan, sementara para teman
yang lainnya sepertinya menikmati waktu mereka saat menulis karangan. Mereka
pasti tengah memikirkan pengalaman menarik bersama orang tua mereka—sementara
itu apa yang harus ia tulis untuk dirinya sendiri?
“Waktunya habis…” ucap sang Guru memulai setelah 15
menit pelajaran berlalu, telihat para siswa masih menulis dengan terburu-buru
“Letakan peralatan tulis kalian—jangan sampai Bapak melihat kalian masih
memegang pensil…” ucapnya dan para siswa dengan tidak rela meletakan pensil
mereka.
Kemudian Ia mulai memilih satu per satu dari para
siswa untuk membacakan hasil karangan yang mereka buat, banyak yang dari mereka
mengatakan betapa pelitnya orang tua mereka karena membatalkan rencana liburan,
betapa bossy Ayah dan Ibu mereka
ketika di rumah dan betapa mereka berharap mereka bisa menghabiskan liburan
sendirian tanpa mendapatkan pengawasan dari mereka. Natsume hanya mendengus
saja mendengarkan omongan tersebut—mereka bahkan tidak tahu bagaimana rasanya
sendirian, bagaimana rasanya menghabiskan liburan tanpa ada seorangpun
disamping mereka…
Natsume memandangi kertasnya yang masih kosong dan
bersih dari coretan apapun—selama 15 menit yang telah diberikan ia masih belum
menulis apapun di kertasnya. Tidak bahkan namanya tercantum di kertas putih
bersih itu.
“Sennen, Natsume…” panggil sang Guru
Natsume beranjak dari kursinya meninggalkan
kertasnya diatas meja dan berjalan ke depan kelas, sang Guru terlihat tidak
mempedulikan apa alasan Natsume tidak membawakan kertas karangan bersamanya.
Orang
Tua di mataku adalah seorang Pelita yang memberikan sinar menerangi jalanku
yang gelap gulita dan menuntunku disaat aku terjatuh dan tertimpa masalah yang
tidak bisa terselesaikan oleh diriku sendiri.
Mereka
mengajarku betapa indahnya Dunia, mencurahkan seluruh kasih sayang yang mereka
miliki hanya untukku.
Ayah,
mungkin adalah orang yang sibuk dan tidak memiliki waktu libur karena jadwalnya
yang padat setiap hari—Tapi meskipun begitu, ketika ia pulang ke Rumah ia
selalu menampilkan senyuman hangatnya pada Ibu dan Aku yang menyambut
kedatangannya. Ayah adalah laki-laki yang kuat, Aku sangat menganggumi Ayahku
yang tetap terlihat bersemangat meskipun di dalam ia merasa sangat kelelahan
akibat pekerjaannya di Kantor. Ayah sama sekali tidak mengeluh ketika aku
memintanya menemaniku beramain bahkan ia tidak pernah memarahiku kalau aku
memintanya untuk berjalan-jalan di taman bersama. Ayahku mungkin orang yang
sibuk dan bahkan banyak orang yang sepertinya tidak memikirkan keluarganya,
Ayahku berbeda dengan mereka karena Ayahku adalah orang yang baik hati dan
penuh pengertian. Ia tahu ia memiliki keluarga dan Ia tahu bagaimana ia bisa
membagi waktunya untuk keluarganya. Sifatnya itu yang membuatku begitu kagum
kepadanya.
Ibu,
adalah malaikat yang selalu ada di rumah kami—Aku dan Ayah sangat menyayangi
Ibu dan bahkan Kami berdua berpikir kami tidak akan bisa hidup tanpa adanya Ibu
bersama kami. Mengalahkan matahari dan intan permata yang mahal, Ibu merupakan
harta terpenting yang kami miliki. Ibu selalu menemaniku selama aku pergi.
Mengajariku tentang banyak hal, memberikanku semangat ketika aku merasa
terjatuh dan memberikanku kehangatan dengan pelukan juga belaiannya yang
lembut. Aku bahkan masih bisa mengingat dengan jelas, lagu yang selalu Ibu
nyanyikan khusus untuk diriku ketika aku ingin tertidur. Doa-doa yang selalu ia
ucapkan untukku dan juga seluruh keluarganya. Ibu juga merupakan Komandan
pasukan di dalam Rumah, Ia menyusun acara untuk kami habiskan bersama keluarga
dan seperti biasa baik Aku dan Ayah tidak dapat menolaknya. Kami menikmati
banyak waktu bersama meskipun kami hanya bisa menghabiskan sedikit waktu di
dalam kebersamaan kami.
Bagiku,
Orang Tua adalah harta berharga setiap anak miliki. Seharusnya mereka bangga
karena mereka masih memiliki orang tua yang menemani mereka. Karena masih ada
orang tua yang memberikan kasih sayang kepada mereka.
Orang
tua… adalah segalanya untukku dan itulah pengakuanku…
Selesai mengucapkan segalanya, semua siswa di dalam
ruangan mendadak hening sejenak ketika mereka memikirkan perkataan yang
disampaikan oleh Natsume, sang Guru tampak sangat kagum dengan ucapan Natsume
barusan.
“Bagus sekali, Tn Sennen…” puji sang Guru “Itu
karangan yang sangat indah dan juga begitu menyentuh…” tambahnya
“Itu bukan karangan…” sahut Natsume singkat sebelum
beranjak pergi dan menduduki kembali tempatnya meninggalkan Guru yang masih
belum mengetahui apa-apa itu
~End
Lesson~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar