Rabu, 05 Juni 2013

The Second Generation Preq DEMO!



The Second Generation
.
SeQuel from The Genesis and The Last Stand
.

Last Encounter;
“I—Ini…” ucap Laksmi tidak mempercayai apa yang ia lihat
Mata Purple-ish itu memandangi Laksmi dengan lugunya tidak mengetahui apa-apa, “Mama…?” panggilnya
Laksmi langsung memeluk tubuh kecil itu dengan erat di tangannya, “Tidak-Tidak… aku tidak mau itu terjadi lagi, sudah lebih dari cukup… sudah lebih…”
“Little gem?” panggil Atem kini menepuk pundak Laksmi berusaha menenangkannya, mata Crymson itu hanya menatap lembut mata Purple-ish yang menatapinya dengan penuh tanda tanya “Kita bisa melakukan ini… Kau tidak perlu cemas…”
“Ate…”
“Percayalah…”
“Mama… Papa…”
End of Encounter;

“Hah…Hah… Hah…”
Terdengar suara langkah kaki yang sangat cepat melangkah disertai dengan napas yang terengah-engah, mata Crymson itu memfokuskan diri pada jalanan di depannya agar ia tahu kemana tujuannya dan ia tidak peduli seberapa jauh ia menempuh jarak asalkan ia bisa sampai ke tempat tujuannya.
BRAK!!
Ia mendobrak pintu yang ada di depannya, memandangi sekeliling dan tidak mendapati apapun kecuali para pembantu dan butler yang kini tengah berdiri dalam hening di depannya. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri.
“Natsume-Sama…” ucap sang pengasuh dengan wajah yang kini telah berurai air mata menepuk pundaknya
Dan kini ia mengetahui apa yang dimaksud dengan tatapan menyedihkan itu ketika ia mendengar hal yang sungguh merupakan mimpi buruk dalam hidupnya.

Mata itu langsung terbuka lebar dengan napas yang terengah-engah memandangi sekelilingnya yang merupakan kamar tidurnya, rambut ungunya terlihat begitu berantakan dan keringat mengalir dengan deras membasahi piyama marun yang dikenakannya. Pelahan Ia mulai menghela napas panjang-panjang berusaha mengatakan hal tersebut hanyala mimpi buruk dari kenangan masa lalunya kemudian memutuskan untuk beristirahat kembali.

“Sarapan anda sudah siap Natsume-sama…” ucap sang maid kini mempersiapkan sarapan bagi sang Tuan muda di atas meja

Natsume Sennen, 12 tahun adalah seorang anak laki-laki dengan kemampuan yang tinggi dan multi talenta. Ia memiliki segalanya yang ia mau, Perusahaan, Kekayaan, Kekuasaan, Rumah Mewah dan apapun itu bisa ia dapatkan dengan mudahnya. Ia duduk di kelas 6 Domino Elementry Student, seperti biasa sebelum ia memasuki sekolah ia memakan sarapan yang sudah disajikan untuknya di meja makan.

“Bagaimana tidurmu malam ini Natsume-sama?” tanya seorang wanita muda berpakaian putih tersenyum lembut pada Natsume

Natsume hanya mengunyah roti bakar kemudian meneguk segelas Jus jeruk-nya dan memandangi wanita itu, “…Lumayan nyenyak, Yuki-nee” jawab Natsume

Wanita yang dipanggil Yuki itu hanya mengagguk mengerti sebelum kemudian memberikan sebuah pil khusus kepada Natsume, pil berwarna merah kecil “Sebelum anda berangkat ke Sekolah, lebih baik minum dulu obat anda Natsume-sama…” ucapnya

Natsume segera menelan pil tersebut sebelum kemudian beranjak pergi dari ruang makan menuju pintu depan Mansion untuk pergi ke sekolah, terlihat sebuah mobil mewah telah menanti untuk membawanya ke tempat tujuan dengan para maid yang kini sudah bersiap membawakan tas sang Tuan Muda sebelum berangkat.

“Aku berangkat…” ucap Natsume sebelum memasuki mobil

“Hati-Hati di jalan, Natsume-sama…” jawab para maid dan butler sambil membungkukkan badan mereka

Natsume P.O.V

Hari ini aku berangkat menuju ke sekolah sama seperti biasa, sarapan, meminum obat rutin yang disediakan Yuki-nee, dan berangkat diantar oleh supir pribadi di rumah. Aku tidak mengerti kenapa Yuki-nee selalu saja memaksaku meminum obat merah itu setiap harinya, padahal aku tidak sakit atau semacamnya—tapi kalau aku membantah dia akan memarahiku karena tidak patuh.

Ah, ya—Hari ini berbeda dengan hari biasanya, Hari ini tahun ajaran baru-ku duduk di bangku kelas 6. Tentunya aku lulus di peringkat seperti biasa, tapi aku tidak mau menyombongkan diri karena sombong bukanlah hal yang cocok untukku.

Aku juga dapat melihat para anak-anak itu dengan riang gembiranya berjalan menuju sekolah—aku iri dengan mereka yang bisa menampilkan wajah senang mereka. Aku juga iri dengan apa yang dimiliki mereka yang tidak bisa aku miliki—kau pikir aku terlahir untuk apa? Meskipun Kaya dan memiliki Kekuasaan, semua yang kuingini bisa kupenuhi tetapi aku tidak bisa memiliki satu hal yang selalu aku inginkan…

Orang tua…

Aku hanya bisa memandangi ke luar jendela, melihat para orang tua yang menuntun anak mereka menuju sekolah yang baru—mereka bercanda dan bersenda gurau sedangkan aku hanya duduk diam di dalam mobil mewah ini sendirian. Padahal…

“Mama! Mama! Lihat! Itu sekolah kan?”
“Natsu-Chan pintar ya…”
“Natsu akan bersekolah disana kan, Ma?”
“Benar… Sekolah yang rajin, ya…”
“Ng! Natsume akan sekolah yang rajin dan dapat peringkat!”
“Itu baru anak Papa namanya…”

“Natsume-Sama, Kita sudah sampai…” ucap sang Supir memberi tahu membuat Natsume tersentak dari lamunannya

End Natsume P.O.V

Natsume melangkahkan kakinya keluar dari mobil ketika supir itu membukakan pintu untuk mempersilahkan dirinya keluar.

“Kalau boleh saya bertanya, Jam berapa Tuan pulang dari sekolah?” tanya sang Supir kepada Natsume

Natsume hanya memandangnya sejenak sebelum kemudian melangkah “…Kau bisa menjemput jam 4” jawab Natsume sementara sang Supir mengangguk mengiyakan kemudian memasuki mobil kembali dan pergi

Papa dan Mama—Aku baik-baik saja sampai saat ini, aku selalu mendapat peringkat tertinggi di kelas. Tapi itu tidak menjadi masalah buatku, aku tidak ingin menyombongkan diriku dengan mengembel-embelkan nilaiku lebih tinggi dari yang lainnya. Tahun ini aku naik ke kelas 6 dan itu berati tinggal sedikit lagi sebelum kelulusanku ke SMP nanti… bunga sakura juga sudah mekar dengan lebatnya di halaman sekolah. Tahun ini aku akan mempertahankan apa yang sudah kuraih, Tapi aku juga merasa sangat iri dengan para siswa baru itu…batin Natsume dalam hati sambil membuka pintu kelasnya, para siswa yang lain sedang asyik membicarakan tentang liburan Musim dingin mereka.

Natsume segera melangkahkan kakinya memasuki kelas dan menempati tempat duduk favoritnya yanitu barisan paling belakang di pojok dekat dengan jendela, meskipun ia tidak ber-sosialisasi dengan teman-teman sekitarnya Natsume adalah kebanggan kelas karena para teman-temannya justru sangat mengandalkan Natsume ketika mereka tidak mengerti penjelasan yang diucapkan guru.

Bukan hanya Natsume saja yang memasuki Domino Elementry School,

“Natsumee~” panggil suara yang riang gembira dan melangkah dengan cepat menghampiri tempat duduk Natsume

Natsume hanya memandangi anak laki-laki yang sebaya dengannya itu, rambutnya pirang dengan senyuman mengembang terhias di wajahnya.

“Hati-Hati, Ruka—Kau bisa terjatuh kapan saja kalau kau tidak waspada…” sahut Natsume memandangi anak laki-laki yang hanya bisa tercengir lebar itu di hadapannya, Ia hanya tersenyum kecil saja membalas senyumannya “…Kau terlihat gembira sekarang…” tambah Natsume

Ruka Sennen, 12 tahun dan merupakan Sepupu Natsume yang tinggal berbeda blok dengan Mansion yang ditempati Natsume—Ia merupakan salah satu orang yang cukup akrab dengan Natsume yang terkenal dengan sifat dinginnya di kelas. Berbeda dengan Natsume, Ruka jauh lebih periang dan jauh lebih perasa dibandingkan Natsume.

“Nee—tentu saja aku gembira Natsume… Tahun ini Tahun ajaran baru!” ucapnya bersemangat sambil mengepalkan kedua tangannya “Memulai hari baru dan lembar baru! Itulah semangat Tahun Baru!” tambahnya lagi kini dengan mata berapi-api

Natsume hanya menghela napas mendengarnya, sementara Ruka langsung berkomentar lagi “Aku juga sekelas dengan Fujima, lho~”

“Oh begitu… Baguslah…” komentar Natsume singkat

“Nee—Natsume, seharusnya kau juga bersemangat hari ini kan? Kau sakit?” tanya Ruka sedikit memperhatikan Natsume yang tampak kelihatan tidak bersemangat seakan ia berharap tidak hidup di atas bumi ini

Natsume menggelengkan kepalanya “Kau tidak perlu khawatir, Ruka…” sahut Natsumi sambil menjentikan jarinya di dahi Ruka “Aku akan menemui kalian nanti saat Istirahat…” tambah Natsume

“Oke! Aku akan memilih tempat yang bagus~” sahut Ruka semangat sambil berlari keluar keras dengan suara yang dapat terdengar tentang betapa semangatnya ia akan memberitahu yang lainnya.

~Lesson Time~

“Selamat siang, Anak-Anak… Bagaimana liburan kalian hari ini? Tentunya kalian bersenang-senang selama liburan panjang kan?” ucap sang Guru memulai di depan para muridnya

Natsume tidak begitu memperhatikan pelajaran saat itu, dirinya hanya memandangi keluar jendela mengamati pemandangan bunga sakura yang tumbuh mewarnai halaman sekolah. Ditambah dengan para orang tua yang kini sibuk mengambil beberapa foto dengan anak mereka sebagai pengingat di dalam album hari mereka memasuki sekolah pertama. Sebagian dari mereka memilih untuk menghabiskan waktu duduk di bawah pohon sakura yang rindang sambil menikmati snack yang sudah disediakan oleh Ibu mereka. Sungguh menyenangkan… itulah yang dipikirkan oleh Natsume.

“Kalau begitu—Bapak ingin kalian menulis sebuah karangan tentang Orang Tua kalian…” ucap suara sang Guru memulai kepada seisi kelas membuat Natsume langsung mengalihkan pandangannya ke depan 
“Diselesaikan hari ini juga dan di bacakan saat ini… bagi yang tidak bisa menyelesaikan akan dikenakan poin minus. Karangan bisa berupa ungkapan hati atau pengalaman yang kalian lakukan bersama dengan orang tua kalian…” jelas sang Guru mendapat keluhan dari beberapa siswa yang malas untuk mengerjakan tugas apalagi kalau mereka tida menyelesaikannya mereka akan mendapat poin minus

Karangan tentang Orang Tua…

Itulah yang dipikirkan Natsume sambil memandangi kertas yang masih kosong di hadapannya—Apa yang harus ia tulis? Apa yang harus ia ceritakan? Ia tidak memiliki apapun untuk diceritakan, sementara para teman yang lainnya sepertinya menikmati waktu mereka saat menulis karangan. Mereka pasti tengah memikirkan pengalaman menarik bersama orang tua mereka—sementara itu apa yang harus ia tulis untuk dirinya sendiri?

“Waktunya habis…” ucap sang Guru memulai setelah 15 menit pelajaran berlalu, telihat para siswa masih menulis dengan terburu-buru “Letakan peralatan tulis kalian—jangan sampai Bapak melihat kalian masih memegang pensil…” ucapnya dan para siswa dengan tidak rela meletakan pensil mereka.

Kemudian Ia mulai memilih satu per satu dari para siswa untuk membacakan hasil karangan yang mereka buat, banyak yang dari mereka mengatakan betapa pelitnya orang tua mereka karena membatalkan rencana liburan, betapa bossy Ayah dan Ibu mereka ketika di rumah dan betapa mereka berharap mereka bisa menghabiskan liburan sendirian tanpa mendapatkan pengawasan dari mereka. Natsume hanya mendengus saja mendengarkan omongan tersebut—mereka bahkan tidak tahu bagaimana rasanya sendirian, bagaimana rasanya menghabiskan liburan tanpa ada seorangpun disamping mereka…

Natsume memandangi kertasnya yang masih kosong dan bersih dari coretan apapun—selama 15 menit yang telah diberikan ia masih belum menulis apapun di kertasnya. Tidak bahkan namanya tercantum di kertas putih bersih itu.

“Sennen, Natsume…” panggil sang Guru

Natsume beranjak dari kursinya meninggalkan kertasnya diatas meja dan berjalan ke depan kelas, sang Guru terlihat tidak mempedulikan apa alasan Natsume tidak membawakan kertas karangan bersamanya.

Orang Tua di mataku adalah seorang Pelita yang memberikan sinar menerangi jalanku yang gelap gulita dan menuntunku disaat aku terjatuh dan tertimpa masalah yang tidak bisa terselesaikan oleh diriku sendiri.
Mereka mengajarku betapa indahnya Dunia, mencurahkan seluruh kasih sayang yang mereka miliki hanya untukku.
Ayah, mungkin adalah orang yang sibuk dan tidak memiliki waktu libur karena jadwalnya yang padat setiap hari—Tapi meskipun begitu, ketika ia pulang ke Rumah ia selalu menampilkan senyuman hangatnya pada Ibu dan Aku yang menyambut kedatangannya. Ayah adalah laki-laki yang kuat, Aku sangat menganggumi Ayahku yang tetap terlihat bersemangat meskipun di dalam ia merasa sangat kelelahan akibat pekerjaannya di Kantor. Ayah sama sekali tidak mengeluh ketika aku memintanya menemaniku beramain bahkan ia tidak pernah memarahiku kalau aku memintanya untuk berjalan-jalan di taman bersama. Ayahku mungkin orang yang sibuk dan bahkan banyak orang yang sepertinya tidak memikirkan keluarganya, Ayahku berbeda dengan mereka karena Ayahku adalah orang yang baik hati dan penuh pengertian. Ia tahu ia memiliki keluarga dan Ia tahu bagaimana ia bisa membagi waktunya untuk keluarganya. Sifatnya itu yang membuatku begitu kagum kepadanya.
Ibu, adalah malaikat yang selalu ada di rumah kami—Aku dan Ayah sangat menyayangi Ibu dan bahkan Kami berdua berpikir kami tidak akan bisa hidup tanpa adanya Ibu bersama kami. Mengalahkan matahari dan intan permata yang mahal, Ibu merupakan harta terpenting yang kami miliki. Ibu selalu menemaniku selama aku pergi. Mengajariku tentang banyak hal, memberikanku semangat ketika aku merasa terjatuh dan memberikanku kehangatan dengan pelukan juga belaiannya yang lembut. Aku bahkan masih bisa mengingat dengan jelas, lagu yang selalu Ibu nyanyikan khusus untuk diriku ketika aku ingin tertidur. Doa-doa yang selalu ia ucapkan untukku dan juga seluruh keluarganya. Ibu juga merupakan Komandan pasukan di dalam Rumah, Ia menyusun acara untuk kami habiskan bersama keluarga dan seperti biasa baik Aku dan Ayah tidak dapat menolaknya. Kami menikmati banyak waktu bersama meskipun kami hanya bisa menghabiskan sedikit waktu di dalam kebersamaan kami.
Bagiku, Orang Tua adalah harta berharga setiap anak miliki. Seharusnya mereka bangga karena mereka masih memiliki orang tua yang menemani mereka. Karena masih ada orang tua yang memberikan kasih sayang kepada mereka.
Orang tua… adalah segalanya untukku dan itulah pengakuanku…

Selesai mengucapkan segalanya, semua siswa di dalam ruangan mendadak hening sejenak ketika mereka memikirkan perkataan yang disampaikan oleh Natsume, sang Guru tampak sangat kagum dengan ucapan Natsume barusan.

“Bagus sekali, Tn Sennen…” puji sang Guru “Itu karangan yang sangat indah dan juga begitu menyentuh…” tambahnya

“Itu bukan karangan…” sahut Natsume singkat sebelum beranjak pergi dan menduduki kembali tempatnya meninggalkan Guru yang masih belum mengetahui apa-apa itu

~End Lesson~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar