II:
Under The Moon and up Upon The Heaven Above
Setelah Acara penobatan itu, Atem kembali memasuki
Istananya untuk mengurus sesuatu yang seharusnya ia lakukan setelah Acara
selesai—Hal ini merupakan adat kebiasaan bagi para calon Raja baru untuk pergi melintasi
lembah sungai nil dan mengunjungi kuil disana, Ini bertujuan untuk
memperkenalkan siapa pewaris selanjutnya yang akan memimpin Negara…Pewaris yang
sudah ditetapkan dalam lingkaran nasib yang dibuat oleh Para Dewa.
“Pharaoh—Tolong pikirkan situasi saat ini…” ucap
Shimon yang ada disampingnya “Kalau anda pergi sendirian ke tempat itu—Bahaya
akan mengancam perjalanan anda, mungkin ada baiknya anda membawa pengawal ikut
serta selama perjalanan…” tambahnya menasihati
“…Kau sudah tahu apa keputusanku kan, Shimon” ucap
Atem singkat
Shimon menghela napas sebelum kemudian mencoba
berbicara lagi kepada Atem “Pharaoh, Sebagai Pemimpin baru seharusnya kau
memikirkan situasi saat ini—Seharusnya kau bisa memikirkan cara alternative
lain selain pergi kesana sendirian…”
“…Shimon, Aku akan baik-baik saja tanpa seorang
pengawal—Aku bisa menjaga diriku sendiri, Lagipula ini salah satu tugasku
sebagai Pharaoh baru untuk memperkenalkan dirinya di hadapan para Dewa di Altar
Kuil…” sahut Atem sebelum kemudian menambahkan “Siapkan Kudaku… Aku akan
berangkat setelah rapat di Ruang Tahta dengan para Petinggi Istana…”
Atem melangkah pergi meninggalkan Shimon yang masih
berdiri diam dibelakangnya, Shimon hanya bisa menggelengkan kepala. Sebenarnya
apa yang dipikirkan Atem berkelana ke kuil di lembah sungai nil sendirian tanpa
seorang penjaga yang menemani dirinya?—banyak bahaya yang akan mengancamnya
sebelum ia sempat sampai kesana, dan tentunya Shimon berusaha menghentikan
pemikiran Atem yang keras kepala itu. Tapi apa yang bisa ia perbuat?
Pada akhirnya, Shimon berbalik dan melangkah
pergi—Ia harus mempersiapkan kuda terbaik untuk perjalanan Pharaoh nanti.
~Throne
Room~
“MENINGGALKAN ISTANA TANPA PENJAGAAN!!” seru para
Petinggi Istana begitu mendengar apa yang diucapkan oleh Atem di Ruang Tahta
“Tapi Pharaoh—!”
Atem beranjak dari kursinya, “Aku tidak membutuhkan
pengawalan…” sahutnya sebelum kemudian meneruskan kembali “…Istana yang jauh
lebih membutuhkan pengawalan dan peningkatan keamanan dibandingkan diriku…”
Salah satu dari para Petinggi berdeham “Pharaoh,
Sebelum anda bisa sampai ke Kuil—“
“Aku sudah tahu itu…” jawabnya sambil menghela napas
“Lalu kenapa kau memaksakan diri untuk pergi kesana
seorang diri Yang Mulia—Jika anda sudah menyadari bahaya yang ada di sana, ada
baiknya anda membawa para prajurit saat perjalanan…” jelas salah seorang lagi
Atem menggelengkan kepalanya, “Aku sudah
mengatakannya, Aku akan pergi kesana tanpa pengawalan…” ucapnya kemudian
menatap Enam Pendeta yang ada di belakangnya “Seth, selama aku pergi aku
menyerahkan pengawasan Kota kepadamu…”
Seth hanya mengangguk menyanggupi ucapan Atem, Ia
tidak bisa memprotes lagi karena sepertinya para golongan orang tua yang
berpengaruh di Istana juga tidak dapat membuat Atem mengubah keputusannya.
Atem menatap Mahaad, “Mahaad, Kau mengawasi keamanan
Istana…” ucap Atem lagi
Mahaad hanya menundukan kepalanya, “Baik, Pharaoh…”
ucapnya menyanggupi
“Dan Isis, Kau mengawasi kuil…” ucap Atem kepada
Isis yang hanya mengangguk pelan, setelah semuanya selesai—Atem langsung
melangkah keluar dari Ruang Tahta meninggalkan baik para Enam Pendeta dan para Petinggi Istana yang hanya bisa memandangi kepergiannya begitu saja.
Mereka tidak habis pikir—Sebenarnya apa yang
dipikirkan sang Pharaoh sampai berpikir nekat seperti ini…
~Palace
Stable~
Atem kini menghampiri Shimon yang sudah berdiri
disamping Kuda Putih besar yang tampak sangat gagah—terlihat Shimon sedang
membelai pelan punggung kuda tersebut. Kuda putih tersebut hanya melenguh pelan
sebelum kemudian ia melangkah maju menghampiri Atem seakan sudah mengenalinya
sejak lama, kuda tersebut meringkik pelan dihadapan sang Pharaoh yang kemudian
mengelus kepala kuda tersebut dengan kasih sayang.
“…Jadi anda akan berangkat sekarang, Pharaoh?” tanya
Shimon
Atem mengangguk kemudian menaiki kuda putih
tersebut, “Mungkin aku akan kembali setelah 6 hari perjalanan…” ucap Atem
mengawali “Shimon, Aku ingin kau menggantikan posisiku sementara aku pergi…”
“Dimengerti, Pharaoh… Semoga perjalan anda berjalan
lancar…” ucap Shimon
Atem menunggangi kudanya melewati gerbang Istana
meninggalkan Shimon beserta para pengawal penjaga yang menatapi kepergian sang
Pharaoh tersebut. Terlihat para penduduk Kota yang sudah mengetahui tetang
kepergian Pharaoh berbaris di pinggir jalan, mereka mendoakan agar sang Pharaoh
muda selamat sampai tujuan dan semoga berkat Dewa selalu ada bersamanya dan
melindunginya selama perjalanan.
Tiba-tiba di pertengahan jalan Kota dimana Atem
menunggangi kudanya…
Sesosok tiba-tiba keluar dari barisan para penduduk
dan terjatuh tepat di tengah jalan, mungkin ia ingin keluar dari kerumunan
tersebut tetapi ia malah terdorong begitu jauh sehingga ia terlempar hingga ke
tengah-tengah jalan dimana Atem sedang melintas. Sosok yang menggunakan tudung
yang panjang berwarna coklat menutupi wajahnya, Ia melihat kearah kuda sang
Pharaoh yang hampir mendekat kearahya.
Atem yang melihat hal itu langsung menghentikan
kudanya dan beranjak turun, sepertinya orang tersebut tampak kesusahan setelah
terjatuh barusan—sang Pharaoh menghampir sosok tersebut.
“…Kau tidak apa-apa?” tanya Atem pelan berusaha
membantunya berdiri dengan mengulurkan tangannya
Sosok itu memandangi Atem sejenak sebelum ia
menundukan wajahnya ke bawah, tangannya dengan ragu meraih uluran tangan sang
Pharaoh tersebut. “…Maaf sudah membuat perjalanan anda terganggu, Pharaoh…”
ucapnya
Atem hanya memandanginya sambil melihat tangan mungil
yang menggenggam tangannya—Ia seorang wanita?
“…Tidak apa-apa, Tidak jadi masalah besar…” ucap
Atem memperhatikan dengan sejenak sebelum kemudian, mata Crymsonnya menoleh
kepada sesuatu yang ada di hadapannya, tangan itu menyerahkan sesuatu kepadanya
“Apa ini…?” tanya Atem sambil menaikan alis heran melihat benda yang menyerupai
kalung itu, tetapi dengan manik-manik aneh yang menghiasinya
“…Itu Jimat untuk menjaga Pharaoh…” ucapnya dengan
suara lembut sebelum membungkukkan tubuhnya
“Maaf, kalau hamba mengatakan
sesuatu yang aneh…” ucapnya mengoreksi diri
Atem tersenyum kecil kemudian mengantungi
pemberiannya, “Terima kasih atas pemberianmu—Aku sangat menghargainya…” ucap
Atem sebelum kemudian melangkah pergi kembali menunggangi kudanya meninggalkan
Kota, meninggakan sosok yang menggunakan tudung itu di belakang menatapi
kepergiannya.
Setelah
pemahkotaan, Sang Pharaoh yang telah terpilih pengganti Pharaoh sebelumnya akan
melangkahkan kakinya di depan Altar Kuil yang suci.
Memperkenalkan
dirinya sebagai penerus baru kekuatan yang sudah diakui kepada para Dewa,
mengisi kembali lingkaran kehidupan sudah di tentukan—sang Pharaoh akan
diperkenalkan kepada DIA yang akan memberinya berkat.
Berkat
untuk mendapatkan kekuatan yang sudah diwariskan oleh para Dewa, kehidupan yang
kekal dan kebijakan yang nyata untuk kembali meneruskan apa yang sudah di
titahkan kepada-Nya.
Oh,
Pharaoh…
Putra
RA yang sudah terpilih…
Datanglah
kepadaku,
The
Lord of two lands, The high priest of every temple…
Membutukan waktu 2 hari untuk bisa sampai ke Lembah
sungai Nil dan Atem tahu itu, Ia menunggangi kudanya seharian tanpa
istirahat—panasnya sengatan Matahari di siang hari tidak membuatnya berhenti
begitu saja, Ia tetap melaju menuju tempat tujuannya.
Ia melintasi padang gurun yang sangat luas, Atem
hanya akan beristirahat ketika badai pasir datang—selain itu ia tidak ingin
membuang lebih banyak waktu lagi untuk beristirahat. Dinginnya padang pasir
dimalam hari mungkin dapat membuat orang mati kedinginan, tapi Atem sama sekali
tidak memperdulikannya.
Ketika tujuannya sudah semakin dekat…
“Turun dari kudamu…” ucap salah seorang yang memakai
jubah dan tutup kepala misterius kepada Atem
Atem tidak mengengarkan perintahnya dan malah
melangkah maju sampai pada akhirnya sesuatu dengan cepat melesat hendak
mengenai dirinya—untungnya Atem yang memiliki daya reflex yang bagus segera
menghindar. Sesaat berikutnya, sesuatu yang sama juga mengenai kuda yang
ditungganginya membuat kudanya tersebut meringkik kesakitan hingga terjatuh.
“Sudah kubilang sebaiknya kau menurut kepadaku kalau
kau tidak mau mati di gurun ini…” sahutnya lagi sambil menunjukkan pedang yang
ada di genggamannya
“Kau.. Perampok Gurun Pasir…” gumam Atem bangkit
berdiri dari posisi sebelumnya memandangi orang tersebut
Orang tersebut tertawa pelan memandangi Atem “Lucu
sekali—Apa baru kali ini kau melihat Perampok Gurun di tempat seperti ini?
Pakaianmu bergaya juga ternyata—Kalau kau tidak mau mati disini, lebih baik
segera kau serahkan permatamu itu padaku…”
Dengan santainya Atem menjawab, “Aku tidak berminat
memberikan apapun padamu…” ucapnya
“Hoh—Berani sekali kau menentangku…” ucapnya dengan
nada sarkastis sebelum kemudian beberapa orang yang diduga adalah
teman-temannya keluar dari persembunyian di balik bayang-bayang, mereka tampak
bersenjata dan berbahaya “Sepertinya kita punya mangsa empuk kali ini
Teman-Teman…” ucapnya memulai
Dan setelahnya, mereka mulai menyerbu Atem—dengan
cepat Atem langsung meraih pedang yang berada di sisinya dan menangkis serangan
pertama yang dilakukan para perompak gurun tersebut. Mereka merupakan
orang-orang yang berbahaya dan paling ditakuti di gurun pasir ini, ditambah
lagi mereka sudah banyak memeras dan membunuh siapa yang melintasi wilayah
mereka.
Sebagai seorang Pharaoh tentunya Atem sudah
diajarkan ilmu berpedang dan bela diri saat Pelatihan di Istana—Ia terlihat
begitu santai menghadapi serangan para perampok tersebut dengan kelihaiannya
memainkan pedang tetapi sehebat-hebatnya seorang Pharaoh, Ia hanya seorang diri
menghadapi musuh yang kira-kira berjumblah 15 orang ini. Sementara pikiran Atem
terfokus menghadapi lawannya, para perampok yang lain mengambil busur dan
menembaki sang Pharaoh tersebut.
JLEB!
Panah tersebut tepat mengenai pergelangan kaki Atem
membuatnya kehilangan keseimbangan—lawannya menggunakan kesempatan tersebut
untuk menyerang sang Pharaoh, tetapi Atem langsung menangkis serangannya
membuat pedang itu terhempas jauh. Atem menarik panah yang sudah melukainya
tersebut kemudian perlahan bangkit
berdiri, tetapi belum sempat ia membalikan tubuhnya, panah lainnya kini
mengenai dirinya disertai dengan serangan terus menerus yang dilakukan para
perompak lainnya demi menumbangkan sang Pharaoh tersebut.
Situasi Atem saat ini sangat terdesak dengan dirinya
yang sudah terluka disana-sini tetapi masih bisa bertahan menghadapi kini
gerombolan para perompak yang mengelilinginya. Situasi semakin memburuk ketika
tubuhnya serasa mati rasa kemudian terjatuh diatas dinginnya pasir, jemarinya
serasa kaku dan tidak bisa bergerak, dan penglihatannya yang semakin memburam.
Jangan-Jangan…
“Hahahaha… Akhirnya racun itu bergerak juga…” tawa
salah satu dari mereka puas
“Tunggu apalagi, Kita habisi nyawanya disini
kemudian ambil seluruh perhiasan dan barang berhaga yang ia bawa…” perintah
yang lainnya
Mereka yang hendak melakukan serangan untuk membunuh
Atem, tiba-tiba saja…
CRASH!
JLEB!
Dengan seketika layaknya hembusan angin, kelompok
para perampok tersebut mendapatkan serangan yang tidak terduga membuat semuanya
kini bergelimpangan diatas tanah tidak berdaya. Sepertinya sesuatu baru saja
menebas mereka dengan gerakan yang sangat cepat. Atem yang menyaksikan hal
tersebut hanya bisa tercengang sebelum kemudian memaksakan dirinya untuk segera
bangkit hanya untuk melihat samar samar sebuah sosok yang berdiri jauh di
depannya, sosok yang berdiri di bawah sinar bulan yang menyinarinya—mata peraknya
memandanginya, senyuman kecil muncul di wajahnya yang samar-sama terlihat.
“Cahaya harapan—Tidak akan kubiarkan kau mati…”
ucapnya dengan suara pelan “Aku akan melindungimu…” tambahnya lagi
“…Kau” ucap Atem memulai kini merasa sulit untuk
memfokuskan penglihatannya—tubuhnya terasa sakit dan kaku tidak dapat bergerak,
sebelum matanya menutup rapat Atem melanjukan kembali perkataannya “…Siapa…”
Sosok itu perlahan mendekati Atem yang sudah tidak
sadarkan diri—Mungkin karena efek dari racun yang sudah menyebar luas di dalam
tubuhnya, Ia perlahan memangku Atem di dalam pangkuannya dan meletakan
tangannya di dada Atem kemudian ia membisikkan kata-kata yang sama sekali tidak
dapat dideskripsikan membuat sesuatu
yang berada di dalam dirinya bersinar dan menyelimuti keduanya.
“Ngh…” Atem perlahan membuka matanya—ingatan yang
terjadi di malam itu membuat Atem tersadar sepenuhnya membuatnya langsung
terlonjak untuk segera bangun. Tetapi ia sama sekali tidak merasakan sakit
akibat pertempuran malam itu, Atem memandangi tubuhnya dimana tidak ada lagi
bekas-bekas luka ataupun goresan yang diakibatkan oleh pertempuran tersebut.
Semuanya sembuh dengan begitu saja? Tidak mungkin semua ini bisa terjadi kan?
Atem memandangi sekelilingnya, Kudanya masih berada
di sampingnya—tetapi gurun pasir itu sudah sepenuhnya berubah dengan
pemandangan kuil yang berada tepat di hadapan Atem. Sejak kapan ia sudah berada
di tempat ini?
Cahaya
harapan—Tidak akan kubiarkan kau mati… Aku akan melindungimu…
Atem mengernyitkan alis ketika kata-kata itu
terdengar kembali di telinganya, Apa maksudnya dengan Cahaya Harapan? Ditambah
lagi—Siapa dia sebenarnya? Mata perak yang bersinar dibawah sinar bulan itu…
Atem perlahan bangkit dari posisinya dan meneruskan
perjalanannya—Ia sama sekali tidak memperhatikan kalung yang sempat ia terima
waktu di Kota tadi kini tergeletak begitu saja diatas pasir ataupun sebuah
tangan mungil yang memungut kembali kalung tersebut dan membawanya pergi…
“Pharaoh… Semoga Dewa selalu memberkati dirimu pada
setiap langkah dan keputusan yang kau pilih…” ucapnya samar-samar
“…Wujudkanlah, Mimpi setiap orang…” tambahnya lagi sebelum kemudian sosok
tersebut kembali menghilang bersamaan dengan angin kencang yang berhembus.
奇麗な月の光は
ただ静かに
始まりへ朽ちて行くよ
閉ざされた憧れは
まだ遠くへ
闇の中
ただ静かに
始まりへ朽ちて行くよ
閉ざされた憧れは
まだ遠くへ
闇の中
The
beautiful light of the moon…
Simply erodes quietly to the beginning…
My locked away desire…
Is still far away…
Within the darkness…
Simply erodes quietly to the beginning…
My locked away desire…
Is still far away…
Within the darkness…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar