Rabu, 05 Juni 2013

To The Beginning chapter 2



II: Under The Moon and up Upon The Heaven Above

Setelah Acara penobatan itu, Atem kembali memasuki Istananya untuk mengurus sesuatu yang seharusnya ia lakukan setelah Acara selesai—Hal ini merupakan adat kebiasaan bagi para calon Raja baru untuk pergi melintasi lembah sungai nil dan mengunjungi kuil disana, Ini bertujuan untuk memperkenalkan siapa pewaris selanjutnya yang akan memimpin Negara…Pewaris yang sudah ditetapkan dalam lingkaran nasib yang dibuat oleh Para Dewa.

“Pharaoh—Tolong pikirkan situasi saat ini…” ucap Shimon yang ada disampingnya “Kalau anda pergi sendirian ke tempat itu—Bahaya akan mengancam perjalanan anda, mungkin ada baiknya anda membawa pengawal ikut serta selama perjalanan…” tambahnya menasihati

“…Kau sudah tahu apa keputusanku kan, Shimon” ucap Atem singkat

Shimon menghela napas sebelum kemudian mencoba berbicara lagi kepada Atem “Pharaoh, Sebagai Pemimpin baru seharusnya kau memikirkan situasi saat ini—Seharusnya kau bisa memikirkan cara alternative lain selain pergi kesana sendirian…”

“…Shimon, Aku akan baik-baik saja tanpa seorang pengawal—Aku bisa menjaga diriku sendiri, Lagipula ini salah satu tugasku sebagai Pharaoh baru untuk memperkenalkan dirinya di hadapan para Dewa di Altar Kuil…” sahut Atem sebelum kemudian menambahkan “Siapkan Kudaku… Aku akan berangkat setelah rapat di Ruang Tahta dengan para Petinggi Istana…”

Atem melangkah pergi meninggalkan Shimon yang masih berdiri diam dibelakangnya, Shimon hanya bisa menggelengkan kepala. Sebenarnya apa yang dipikirkan Atem berkelana ke kuil di lembah sungai nil sendirian tanpa seorang penjaga yang menemani dirinya?—banyak bahaya yang akan mengancamnya sebelum ia sempat sampai kesana, dan tentunya Shimon berusaha menghentikan pemikiran Atem yang keras kepala itu. Tapi apa yang bisa ia perbuat?

Pada akhirnya, Shimon berbalik dan melangkah pergi—Ia harus mempersiapkan kuda terbaik untuk perjalanan Pharaoh nanti.
~Throne Room~

“MENINGGALKAN ISTANA TANPA PENJAGAAN!!” seru para Petinggi Istana begitu mendengar apa yang diucapkan oleh Atem di Ruang Tahta “Tapi Pharaoh—!”

Atem beranjak dari kursinya, “Aku tidak membutuhkan pengawalan…” sahutnya sebelum kemudian meneruskan kembali “…Istana yang jauh lebih membutuhkan pengawalan dan peningkatan keamanan dibandingkan diriku…”

Salah satu dari para Petinggi berdeham “Pharaoh, Sebelum anda bisa sampai ke Kuil—“

“Aku sudah tahu itu…” jawabnya sambil menghela napas

“Lalu kenapa kau memaksakan diri untuk pergi kesana seorang diri Yang Mulia—Jika anda sudah menyadari bahaya yang ada di sana, ada baiknya anda membawa para prajurit saat perjalanan…” jelas salah seorang lagi

Atem menggelengkan kepalanya, “Aku sudah mengatakannya, Aku akan pergi kesana tanpa pengawalan…” ucapnya kemudian menatap Enam Pendeta yang ada di belakangnya “Seth, selama aku pergi aku menyerahkan pengawasan Kota kepadamu…”

Seth hanya mengangguk menyanggupi ucapan Atem, Ia tidak bisa memprotes lagi karena sepertinya para golongan orang tua yang berpengaruh di Istana juga tidak dapat membuat Atem mengubah keputusannya.

Atem menatap Mahaad, “Mahaad, Kau mengawasi keamanan Istana…” ucap Atem lagi
Mahaad hanya menundukan kepalanya, “Baik, Pharaoh…” ucapnya menyanggupi

“Dan Isis, Kau mengawasi kuil…” ucap Atem kepada Isis yang hanya mengangguk pelan, setelah semuanya selesai—Atem langsung melangkah keluar dari Ruang Tahta meninggalkan baik para Enam Pendeta dan para Petinggi Istana yang hanya bisa memandangi kepergiannya begitu saja.
Mereka tidak habis pikir—Sebenarnya apa yang dipikirkan sang Pharaoh sampai berpikir nekat seperti ini…

~Palace Stable~

Atem kini menghampiri Shimon yang sudah berdiri disamping Kuda Putih besar yang tampak sangat gagah—terlihat Shimon sedang membelai pelan punggung kuda tersebut. Kuda putih tersebut hanya melenguh pelan sebelum kemudian ia melangkah maju menghampiri Atem seakan sudah mengenalinya sejak lama, kuda tersebut meringkik pelan dihadapan sang Pharaoh yang kemudian mengelus kepala kuda tersebut dengan kasih sayang.

“…Jadi anda akan berangkat sekarang, Pharaoh?” tanya Shimon

Atem mengangguk kemudian menaiki kuda putih tersebut, “Mungkin aku akan kembali setelah 6 hari perjalanan…” ucap Atem mengawali “Shimon, Aku ingin kau menggantikan posisiku sementara aku pergi…”

“Dimengerti, Pharaoh… Semoga perjalan anda berjalan lancar…” ucap Shimon

Atem menunggangi kudanya melewati gerbang Istana meninggalkan Shimon beserta para pengawal penjaga yang menatapi kepergian sang Pharaoh tersebut. Terlihat para penduduk Kota yang sudah mengetahui tetang kepergian Pharaoh berbaris di pinggir jalan, mereka mendoakan agar sang Pharaoh muda selamat sampai tujuan dan semoga berkat Dewa selalu ada bersamanya dan melindunginya selama perjalanan.

Tiba-tiba di pertengahan jalan Kota dimana Atem menunggangi kudanya…

Sesosok tiba-tiba keluar dari barisan para penduduk dan terjatuh tepat di tengah jalan, mungkin ia ingin keluar dari kerumunan tersebut tetapi ia malah terdorong begitu jauh sehingga ia terlempar hingga ke tengah-tengah jalan dimana Atem sedang melintas. Sosok yang menggunakan tudung yang panjang berwarna coklat menutupi wajahnya, Ia melihat kearah kuda sang Pharaoh yang hampir mendekat kearahya.

Atem yang melihat hal itu langsung menghentikan kudanya dan beranjak turun, sepertinya orang tersebut tampak kesusahan setelah terjatuh barusan—sang Pharaoh menghampir sosok tersebut.

“…Kau tidak apa-apa?” tanya Atem pelan berusaha membantunya berdiri dengan mengulurkan tangannya

Sosok itu memandangi Atem sejenak sebelum ia menundukan wajahnya ke bawah, tangannya dengan ragu meraih uluran tangan sang Pharaoh tersebut. “…Maaf sudah membuat perjalanan anda terganggu, Pharaoh…” ucapnya

Atem hanya memandanginya sambil melihat tangan mungil yang menggenggam tangannya—Ia seorang wanita?

“…Tidak apa-apa, Tidak jadi masalah besar…” ucap Atem memperhatikan dengan sejenak sebelum kemudian, mata Crymsonnya menoleh kepada sesuatu yang ada di hadapannya, tangan itu menyerahkan sesuatu kepadanya “Apa ini…?” tanya Atem sambil menaikan alis heran melihat benda yang menyerupai kalung itu, tetapi dengan manik-manik aneh yang menghiasinya

“…Itu Jimat untuk menjaga Pharaoh…” ucapnya dengan suara lembut sebelum membungkukkan tubuhnya 
“Maaf, kalau hamba mengatakan sesuatu yang aneh…” ucapnya mengoreksi diri

Atem tersenyum kecil kemudian mengantungi pemberiannya, “Terima kasih atas pemberianmu—Aku sangat menghargainya…” ucap Atem sebelum kemudian melangkah pergi kembali menunggangi kudanya meninggalkan Kota, meninggakan sosok yang menggunakan tudung itu di belakang menatapi kepergiannya.

Setelah pemahkotaan, Sang Pharaoh yang telah terpilih pengganti Pharaoh sebelumnya akan melangkahkan kakinya di depan Altar Kuil yang suci.
Memperkenalkan dirinya sebagai penerus baru kekuatan yang sudah diakui kepada para Dewa, mengisi kembali lingkaran kehidupan sudah di tentukan—sang Pharaoh akan diperkenalkan kepada DIA yang akan memberinya berkat.
Berkat untuk mendapatkan kekuatan yang sudah diwariskan oleh para Dewa, kehidupan yang kekal dan kebijakan yang nyata untuk kembali meneruskan apa yang sudah di titahkan kepada-Nya.
Oh, Pharaoh…
Putra RA yang sudah terpilih…
Datanglah kepadaku,
The Lord of two lands, The high priest of every temple…

Membutukan waktu 2 hari untuk bisa sampai ke Lembah sungai Nil dan Atem tahu itu, Ia menunggangi kudanya seharian tanpa istirahat—panasnya sengatan Matahari di siang hari tidak membuatnya berhenti begitu saja, Ia tetap melaju menuju tempat tujuannya.

Ia melintasi padang gurun yang sangat luas, Atem hanya akan beristirahat ketika badai pasir datang—selain itu ia tidak ingin membuang lebih banyak waktu lagi untuk beristirahat. Dinginnya padang pasir dimalam hari mungkin dapat membuat orang mati kedinginan, tapi Atem sama sekali tidak memperdulikannya.

Ketika tujuannya sudah semakin dekat…

“Turun dari kudamu…” ucap salah seorang yang memakai jubah dan tutup kepala misterius kepada Atem
Atem tidak mengengarkan perintahnya dan malah melangkah maju sampai pada akhirnya sesuatu dengan cepat melesat hendak mengenai dirinya—untungnya Atem yang memiliki daya reflex yang bagus segera menghindar. Sesaat berikutnya, sesuatu yang sama juga mengenai kuda yang ditungganginya membuat kudanya tersebut meringkik kesakitan hingga terjatuh.

“Sudah kubilang sebaiknya kau menurut kepadaku kalau kau tidak mau mati di gurun ini…” sahutnya lagi sambil menunjukkan pedang yang ada di genggamannya

“Kau.. Perampok Gurun Pasir…” gumam Atem bangkit berdiri dari posisi sebelumnya memandangi orang tersebut

Orang tersebut tertawa pelan memandangi Atem “Lucu sekali—Apa baru kali ini kau melihat Perampok Gurun di tempat seperti ini? Pakaianmu bergaya juga ternyata—Kalau kau tidak mau mati disini, lebih baik segera kau serahkan permatamu itu padaku…”

Dengan santainya Atem menjawab, “Aku tidak berminat memberikan apapun padamu…” ucapnya
“Hoh—Berani sekali kau menentangku…” ucapnya dengan nada sarkastis sebelum kemudian beberapa orang yang diduga adalah teman-temannya keluar dari persembunyian di balik bayang-bayang, mereka tampak bersenjata dan berbahaya “Sepertinya kita punya mangsa empuk kali ini Teman-Teman…” ucapnya memulai

Dan setelahnya, mereka mulai menyerbu Atem—dengan cepat Atem langsung meraih pedang yang berada di sisinya dan menangkis serangan pertama yang dilakukan para perompak gurun tersebut. Mereka merupakan orang-orang yang berbahaya dan paling ditakuti di gurun pasir ini, ditambah lagi mereka sudah banyak memeras dan membunuh siapa yang melintasi wilayah mereka.

Sebagai seorang Pharaoh tentunya Atem sudah diajarkan ilmu berpedang dan bela diri saat Pelatihan di Istana—Ia terlihat begitu santai menghadapi serangan para perampok tersebut dengan kelihaiannya memainkan pedang tetapi sehebat-hebatnya seorang Pharaoh, Ia hanya seorang diri menghadapi musuh yang kira-kira berjumblah 15 orang ini. Sementara pikiran Atem terfokus menghadapi lawannya, para perampok yang lain mengambil busur dan menembaki sang Pharaoh tersebut.

JLEB!

Panah tersebut tepat mengenai pergelangan kaki Atem membuatnya kehilangan keseimbangan—lawannya menggunakan kesempatan tersebut untuk menyerang sang Pharaoh, tetapi Atem langsung menangkis serangannya membuat pedang itu terhempas jauh. Atem menarik panah yang sudah melukainya tersebut kemudian  perlahan bangkit berdiri, tetapi belum sempat ia membalikan tubuhnya, panah lainnya kini mengenai dirinya disertai dengan serangan terus menerus yang dilakukan para perompak lainnya demi menumbangkan sang Pharaoh tersebut.

Situasi Atem saat ini sangat terdesak dengan dirinya yang sudah terluka disana-sini tetapi masih bisa bertahan menghadapi kini gerombolan para perompak yang mengelilinginya. Situasi semakin memburuk ketika tubuhnya serasa mati rasa kemudian terjatuh diatas dinginnya pasir, jemarinya serasa kaku dan tidak bisa bergerak, dan penglihatannya yang semakin memburam. Jangan-Jangan…

“Hahahaha… Akhirnya racun itu bergerak juga…” tawa salah satu dari mereka puas

“Tunggu apalagi, Kita habisi nyawanya disini kemudian ambil seluruh perhiasan dan barang berhaga yang ia bawa…” perintah yang lainnya

Mereka yang hendak melakukan serangan untuk membunuh Atem, tiba-tiba saja…

CRASH!

JLEB!

Dengan seketika layaknya hembusan angin, kelompok para perampok tersebut mendapatkan serangan yang tidak terduga membuat semuanya kini bergelimpangan diatas tanah tidak berdaya. Sepertinya sesuatu baru saja menebas mereka dengan gerakan yang sangat cepat. Atem yang menyaksikan hal tersebut hanya bisa tercengang sebelum kemudian memaksakan dirinya untuk segera bangkit hanya untuk melihat samar samar sebuah sosok yang berdiri jauh di depannya, sosok yang berdiri di bawah sinar bulan yang menyinarinya—mata peraknya memandanginya, senyuman kecil muncul di wajahnya yang samar-sama terlihat.

“Cahaya harapan—Tidak akan kubiarkan kau mati…” ucapnya dengan suara pelan “Aku akan melindungimu…” tambahnya lagi

“…Kau” ucap Atem memulai kini merasa sulit untuk memfokuskan penglihatannya—tubuhnya terasa sakit dan kaku tidak dapat bergerak, sebelum matanya menutup rapat Atem melanjukan kembali perkataannya “…Siapa…”

Sosok itu perlahan mendekati Atem yang sudah tidak sadarkan diri—Mungkin karena efek dari racun yang sudah menyebar luas di dalam tubuhnya, Ia perlahan memangku Atem di dalam pangkuannya dan meletakan tangannya di dada Atem kemudian ia membisikkan kata-kata yang sama sekali tidak dapat dideskripsikan  membuat sesuatu yang berada di dalam dirinya bersinar dan menyelimuti keduanya.

“Ngh…” Atem perlahan membuka matanya—ingatan yang terjadi di malam itu membuat Atem tersadar sepenuhnya membuatnya langsung terlonjak untuk segera bangun. Tetapi ia sama sekali tidak merasakan sakit akibat pertempuran malam itu, Atem memandangi tubuhnya dimana tidak ada lagi bekas-bekas luka ataupun goresan yang diakibatkan oleh pertempuran tersebut. Semuanya sembuh dengan begitu saja? Tidak mungkin semua ini bisa terjadi kan?

Atem memandangi sekelilingnya, Kudanya masih berada di sampingnya—tetapi gurun pasir itu sudah sepenuhnya berubah dengan pemandangan kuil yang berada tepat di hadapan Atem. Sejak kapan ia sudah berada di tempat ini?

Cahaya harapan—Tidak akan kubiarkan kau mati… Aku akan melindungimu…

Atem mengernyitkan alis ketika kata-kata itu terdengar kembali di telinganya, Apa maksudnya dengan Cahaya Harapan? Ditambah lagi—Siapa dia sebenarnya? Mata perak yang bersinar dibawah sinar bulan itu…

Atem perlahan bangkit dari posisinya dan meneruskan perjalanannya—Ia sama sekali tidak memperhatikan kalung yang sempat ia terima waktu di Kota tadi kini tergeletak begitu saja diatas pasir ataupun sebuah tangan mungil yang memungut kembali kalung tersebut dan membawanya pergi…

“Pharaoh… Semoga Dewa selalu memberkati dirimu pada setiap langkah dan keputusan yang kau pilih…” ucapnya samar-samar “…Wujudkanlah, Mimpi setiap orang…” tambahnya lagi sebelum kemudian sosok tersebut kembali menghilang bersamaan dengan angin kencang yang berhembus.

奇麗な月の光は
ただ静かに
始まりへ朽ちて行くよ
閉ざされた憧れは
まだ遠くへ
闇の中

The beautiful light of the moon…
Simply erodes quietly to the beginning…
My locked away desire…
Is still far away…
Within the darkness…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar