Sabtu, 04 Mei 2013

To The Beginning, Chapter 1


I: Purpose

“…Siapa… Aku” gumamku pelan sambil memandangi langit biru diatas sana, aku tidak tahu siapa sebenarnya diriku ini—ingatanku hanyalah sebuah ruangan kosong yang dikelilingi oleh kegelapan, aku tidak bisa mengingat dengan jelas apapun itu.
Suara langkah kaki perlahan mendekati diriku, kedua laki-laki itu menghampiriku dengan wajah tidak percaya kini memandangi diriku—layaknya sudah terjadi sesuatu yang sudah diluar dugaan mereka. Salah satu dari mereka mengulurkan tangannya, mencoba untuk membantuku terbangun dari altar batu tempatku terbaring ini. Aku meraih uluran tangan itu dan ia menarikku secara perlahan bangkit dari tempatku terbaring.
“…Kau, Tidak apa-apa…” tanya salah satu dari mereka memandangiku yang masih menatap kosong ke depan
Aku menoleh kearah keduanya, tidak ada satupun ekspresi terukir di dalam wajah yang pucat tanpa harapan ini “…Dimana…” ucapku pelan sambil memandangi tempat dimana aku berada saat ini—sebuah reruntuhan dengan pilar-pilar yang menjulang tinggi.
“Tenanglah—Kau sudah aman… Kau tidak perlu khawatir lagi…” ucapnya menenangkan diriku yang merasa tidak nyaman berada di tempat asing seperti ini “…Kau akan baik-baik saja, Karena kau telah diberikan sesuatu yang sama sekali tidak dimiliki oleh seorangpun—Ini adalah awal yang baru untukmu…”
Aku memandangi laki-laki itu sebelum kemudian bergumam “…Awal Baru…”
Salah satu yang ada di sampingku berdeham pelan sebelum kemudian menepuk pelan bahuku dan tersenyum hangat “RA sudah memberikan anugrah-Nya kepadamu, kau sebaiknya menggunakan apa yang telah Ia berikan dengan tujuan yang mulia—Kau bisa memulai semuanya dari Awal…”
Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya kedua orang ini katakan kepadaku—pikiranku yang masih terlalu kacau tidak bisa menangkap apapun yang mereka ucapkan, Apa maksudnya RA telah memberikan anugrah-Nya kepadaku? Apakah anugrah RA bisa membuat sesuatu kembali menjadi awal yang baru?

Orang yang seharusnya sudah mati tetapi mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk mengakhiri hidupnya begitu saja—Kurasa aku adalah salah satu dari orang-orang itu… Aku sudah tidak memiliki harapan dan juga semangat untuk menjalani kehidupan ini, sudah sepantasnya aku mati—tetapi aku sama sekali tidak bisa… Tubuh ini melarangku untuk pergi meninggalkan Dunia yang mengerikan ini…Apapun yang aku lakukan selama ini hanyalah berjalan tidak tentu arah… Tidak tahu kemana aku akan pergi dan kemana kaki ini membawaku, Aku… mencari sesuatu yang sama sekali belum bisa ku temukan… sesuatu yang dapat membuatku terbebas dari belenggu ini…’

Entah sudah berapa hari aku sudah melintasi Gurun Pasir ini, berjalan dari satu Kota ke Kota yang lain dan melewati berbagai Gurun pasir ke tempat lainnya—Bertemu dengan para masyarakat yang masih bisa hidup dengan damai di Kota kecil tempat mereka tinggal dan wajah berseri para anak-anak kecil yang bermain bersama dengan teman-teman sepermainan mereka.
Tidak dapat dikatakan dengan mudah memang—Tapi andai saja, Dunia ini dapat menjadi seperti apa yang selalu aku bayangkan di dalam tidurku dan semuanya akan menjadi kenyataan kalau saja aku dapat menemukan Cahaya Harapan itu, Cahaya yang akan membuat semuanya menjadi kenyataan di Masa depan nanti dan menyelimuti semuanya dengan cahaya keemasan yang hangat, melindunginya dari kegelapan yang hendak menyelimuti apa yang ada di dalamnya.
“Ayo cepat—cepat!!” ucap salah seorang penduduk kini tampak terburu-buru mengajak teman-temannya menuju ke suatu tempat.
Aku hanya bisa memandanginya dengan tatapan penuh tanda tanya, kulihat ke sekelilingku ternyata para penduduk yang lain juga ikut serta melangkah pergi dengan antusiasnya mengikuti pemuda yang berada di depan sana—sepertinya ada sesuatu yang akan terjadi di Kota ini. Mungkin sebuah Festival? Atau mungkin sesuatu yang lain?
Rasa penasaran akhirnya membuatku mengikuti rombongan penduduk yang kini berjalan beramai-ramai menuju suatu tempat—tempat yang sangat luas dan terbuka dikelilingi oleh pilar-pilar yang menjulang tinggi serta ukiran-ukiran yang membuat pilar tersebut tampak indah dan estetik. Di seberang sana, aku dapat melihat 5 orang petinggi yang berdiri di atas altar.
“Sudah saatnya, ya…” bisik salah seorang penduduk kepada temannya
Aku mendengarkan sedikit dari pembicaraan mereka, apa maksud mereka dengan ‘sudah saatnya’? apa yang akan terjadi?
“Hmm—tentunya, Ini adalah moment yang paling di nantikan seluruh penduduk Mesir…” jawabnya sambil menganggukan kepala dengan mantap
Aku mengerutkan alis tidak mengerti apa yang menjadi topic pembicaraan mereka, Apa yang sudah di nantikan seluruh rakyat Mesir?
Suara bisik terus terdengar—dan aku sama sekali tidak bisa menangkap apa yang mereka bicarakan, aku sama sekali tidak mengetahui sebenarnya apa yang akan segera terjadi. Sejenak, suasana menjadi hening ketika salah satu dari 5 petinggi yang berdiri di atas altar berdeham sambil memegangi sebuah gulungan surat di tangannya.
“Upacara pengangkatan sekaligus pemberian kekuasaan kepada penerus tahta Kerajaan akan segera dilaksanakan…” ucapnya memulai “Memperingati, 70 hari kematian sang Pharaoh—Raja yang telah memimpin kita selama 19 tahun lamanya, semoga roh dan jiwanya dapat beristirahat dengan damai dan mendapatkan tempat khusus di Alam para Dewa di sana. Kekuasaan Raja terdahulu, seperti yang sudah disahkan oleh para Tetua—Akan diteruskan oleh darah daging sang Raja, sang Pangeran yang akan memikul tugas barunya menjadi seorang Raja baru untuk meneruskan kembali pemerintahan…” ucapnya  menjelaskan
Setelah semua itu, seorang pemuda naik ke atas altar—Ia mengenakan pakaian Kerajaan dengan berbagai perhiasan melekat di tubuhnya, menggunakan jubah biru yang panjang, tatapan matanya sangat terfokus pada satu titik, kulit Tan yang dimilikinya sangat serasi dengan mata Crymson yang menawan itu. Langkahnya terkesan sangat beribawa. Rambutnya yang menyerupai bentuk bintang dengan surai pirang yang menghias wajahnya dan 3 spiky yang naik keatas membingkai rambutnya.
Mataku memandang sosok pemuda yang berjalan dengan gagah dan penuh wibawa itu, Ia berlutut dihadapan salah satu dari 5 petinggi yang kini sudah menyediakan sesuatu yang berwarna keemasan untuknya.
“Atemu, Mulai saat ini dan seterusnya… Kau akan menjadi penuntun para Rakyat yang ada disini, memberikan mereka perlindungan dari segala bahaya yang mengancam dan membuat seluruh wilayah kekuasaan yang kau perintahkan damai dan tentram. Atas nama RA, dengan Millenium Puzzle sebagai bukti Raja dan Mahkota ini sebagai tanda pengenalmu—“ ucapnya mengenakan mahkota emas itu tepat dikepala pemuda itu sebelum kemudian menepuk bahunya mempersilahkan sang Raja Baru untuk bangkit dan berdiri “Perkenalkanlah dirimu kepada Rakyatmu, wahai Pharaoh Atem…” ucapnya
Pharaoh Atem… pikirku disaat aku mendengar nama itu
“…Rakyatku—Mulai hari ini, Aku berdiri disini sebagai Raja kalian yang baru menggantikan mediang Ayahku Pharaoh sebelumnya. Mulai saat ini juga, Aku akan berusaha memerintah Negeri ini dan melindunginya, membuat system pemerintahan baru menggantikan system pemerintahan yang lama dan jauh lebih efisien. Aku akan meneruskan pemerintahan ini sesuai dengan kehendak Ayahku, Pharaoh terdahulu.” ucapnya dengan jelas
Mata Crymsonnya berkilat—sinar di mata itu terlihat penuh dengan keyakinan yang tinggi, dipenuhi dengan kemauan yang sangat kuat dan aku dapat melihatnya dengan jelas di tempat aku berdiri saat itu. Apakah yang ia katakan bisa ia buktikan? Apakah mungkin ia dapat mengubah Masa Depan yang suram ini?
Sebuah Cahaya membutuhkan seseorang untuk melindunginya tetap bersinar dan berkembang menjadi besar—tidak akan pernah bisa dilakukan sendirian…
“Hidup, Pharaoh Atem!”
“Hidup!”
“Hidup, Pharaoh!!”
Sorak dan sorai Rakyat memenuhi sekeliling, mereka menyambut Raja baru mereka dengan penuh sukacita dan harapan jika suatu saat nanti ia mampu membuat Rakyat merasa aman dan damai di dalam pemerintahannya, melindungi mereka dan mengayomi mereka. Sang Pharaoh Atem sendiri hanya berdiri diatas sana memandangi seluruh rakyatnya, menyambutnya dan mengakui status baru yang kini ia miliki sebagai seorang Raja.
“…Cahaya harapan itu…” gumamku pelan sambil menyunggingkan sebuah senyuman kecil—entah sejak kapan aku tersenyum seperti ini “… Aku sudah menemukannya… Tujuanku…” tambahku

君を選んで
たった二人の歓びを探せたなら
If I could choose you
and search for happiness for the two of us alone.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar